Sunday, June 11, 2017

sitemap

makalah perkembangan peserta didik

1.1  Latar Belakang
Menurut Dr. Iskandar, M. Pd (2009) perkembangan individu merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialam individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Yang dimaksud perubahan yang sistematis yaitu perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian lainnya baik fisik maupun psikis dan meupakan satu kesatuan yang harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Berkesinambungan berarti bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan. Perkembangan individu secara fisik terjadi sesuai dengan fase-fase perkembangan, sedangkan secara psikis terjadi perubahan imajinasi fantasi ke realistis.
Perkembangan yang terjadi pada suatu individu tentunya tidak akan sama dengan perkembangan yang terjadi pada individu lainnya. Perbedaan ini didasari oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah lingkungan dimana individu itu berada. Dimana dari lingkungan yang berbeda akan menghasilkan individu dengan karakteristik yang berbeda pula.
Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut
Peserta didik merupakan objek dari pendidikan yang sangat penting untuk diperhatikan. Faktor tersebut yang harus diperhatikan adalah tahap perkembangan dari peserta didik tersebut. Diantara perkembangan peserta didik tersebut adalah bagaimana individu dan karakteriststiknya. Dari paparan singkat di atas, maka penulis ingin menyajikan dalam tulisan ini mengenai karakteristik individu sebagai peserta didik. Sebab dalam dunia pendidikan, kita perlu untuk mengetahui segala perkembangan peserta didik termasuk dari individu-individu dan karakteristik peserta didik tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang dapat penulis temukan yaitu :
1.2.1        Bagaimana pengertian individu sebagai peserta didik?
1.2.2        Apa saja karakteristik individu sebagai peserta didik?
1.2.3        Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pribadi?
1.2.4        Bagaimana pengaruh pengembangan kehidupan pribadi terhadap tingkah laku?

1.3    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.3.1        Mengetahui dan memahami pengertian individu sebagai peserta didik
1.3.2        Memahami karakteristik individu sebagai peserta didik
1.3.3        Mengetahui dan memahami factor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pribadi
1.3.4        Memahami pengaruh pengembangan kehidupan  pribadi terhadap tingkah laku



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Individu sebagai Peserta Didik
Menurut Wikipedia (2013) individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil . Sejak lahir, bahkan sejak masih di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis (jasmani dan rohani) yang khas dan terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Makna dari kata pertumbuhan dan perkembangan pada hakikatnya berbeda. Istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan kuantitatif mengenai aspek fisik atau biologis. Misalnya remaja kemudian dewasa. Sedangkan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan yang bersifat kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani. Misalnya anak SD yang bisa membaca dan menulis, pada waktu kecil, biasanya ia mudah menangis.
Setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila ia telah memasuki usia sekolah. Usia 4 sampai 6 tahun di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun di sekolah dasar. Usia 13 sampai 16 di sekolah menengah pertama dan usia 16 sampai 19 tahun di sekolah menengah atas. Jadi peserta didik adalah anak, individu yang tergolong dan tercatat sebagai siswa di dalam  satuan pendidikan.

2.2  Karakteristik Individu sebagai Peserta Didik
2.2.1        Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.

2.2.2        Karakteristik Individu sebagai Peserta Didik
·         Setiap individu memiliki ciri,sifat bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan disekitarnya.
·         Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.
·         Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh,khas,dan memiliki sifat-sifat sebagai mahluk individu.Kebutuhan pribadi manusia meliputi kebutuhan fisik dan kebutuhan sosiopsikologis.

2.2.3        Perbedaan Karakteristik Individu
Makna perbedaan karakteristik individual menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
·         Perbedaan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.




·         Perbedaan kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
·         Perbedaan kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
·         Perbedaan Latar Belakang
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
·         Perbedaan bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
·         Perbedaan kesiapan belajar
Perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan sisi ekonomi, sosio, maupun cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.

2.2      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Terdapat banyak pendapat dan ajaran yang menjelaskan factor- factor yang mempengaruhi kepribadiantermasuk aliran- aliran yang berkembang pada kehidupan terdahulu. Aliran – aliran tersebut yaitu Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.
Ø  Aliran nativisme
Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal.Nativisme berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki atau membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau ke-turunan.Hal inilah yang menentukan kepribadian anak.Sedangkan pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, kecuali hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja.Aliran ini dipelopori oleh Schoupenhouer yang berpendapat bahwa faktor pembawaan itu lebih kuat dari pada faktor yang datang dari luar.
Ø  Aliran empirisme
Aliran ini berkebalikan dengan aliran Nativisme.Tokoh utama aliran ini ialah John Locke.Ia berpendapat bahwa perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia da-pat dididik apa saja (ke arah yang baik dan ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikan.Ibaratnyakertas kosong yang bisa di tulis dengan berbagai.Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan namaoptimisme paedagogis.
Aliran ini diperkuat oleh J.F. Herbart dengan teori psikologi asosiasinya, yang berpendapat bahwa jiwa manusia sejak dilahirkan itu masih kosong. Baru akan berisi apabila alat indranya telah dapat menangkap sesuatu, yaitu jiwa. Di dalam kesadaran ini, hasil tangkapan itu tadi meninggalkan bekas. Bekas ini disebut tanggapan. Makin lama alat indera yang dapat menangkap rangsangan dari luar ini makin banyak dan semuanya itu meninggalkan tanggapan. Di dalam tanggapan ini saling tarik menarik dan tolak menolak. Yang bertarik menarik adalah tanggapan yang sejenis, sedangakan tolak menolak adalah tanggapan yang tidak sejenis.


Ø  Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh itu W. Stern. Beliau mengajukan teorinya terkenal dengan teori perpaduan, atau teori convergensi, yang berpendapat bahwa kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Keduanya saling memberikan pengaruh. Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang ada disekitar lingkunganya. Demikian pula pengaruh dari lingkungan juga tidak akan berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi di dalam jiwa manusia.
Dengan adanya pendapat ini, dapat dikatakan bahwa persoalan tentang pemba-waan dan lingkungan itu sudah selesai.Dalam hukum konvergensi ini, masih terda-pat dua aliran, yaitu aliran yang lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan dan yang sebaliknya, lebih menekankan lingkungan atau pendidikan.
A.    Faktor bawaan ( hereditas )
Faktor bawaan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan pribadi. Dalam hal ini bawaan diartikan sebagai segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi( pembuahan ovom oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen- gen. Misalnya keadaan fisik anak yang abnormal sejak dilahirkan. Tentu ini akan sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak selanjutnya. Kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang pendiam, pemarah, kurang percaya diri, sensitive dan lain sebagainya. Berbeda halnya dengan anak yang dilahirkan dengan fisik yang normal dan berparas cantik/ tampan. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri seseorang.
B.     Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh sumber informasi di luar individu yang diterima individu melalui alat indranya. lingkungan ini adalah lingkungan keluarga , sekolah, kelompok sebaya dan masyarakat.
1.      Lingkungan keluarga
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih saying dan pendidikan tentang nilai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi perkembangan pribadi yaitu keberfungsian keluarga, pola sikap orang tua terhadap anak, serta kelas sosial dan status ekonomi keluarga.
a.   Keberfungsian keluarga
Kelurga memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi biologis, fungsi ekonomis, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi, fungsi perlindungan, fungsi rekreatif dan fungsi agama yang sangat berperan dalam nasib atau keutuhan suatu keluarga. Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal (kondisi fisik, psikis dan moralitas anggota keluarga) dan faktor eksternal ( perubahan sosial budaya), maka setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsinya. Tetapi ada juga keluarga yang mengalami keretakan dan ketidakharmonisan (disfungsional). Salah satu cirri disfungsi keluarga adalah perceraian orang tua. Perceraian orang tua ternyata memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan pribadi anak. Hal itu terungkap dalam hasil penelitian beberapa ahli yang menyatakan bahwa remaja yang orang tuanya bercerai cenderung berperilaku nakal, mengalami depresi, melakukan hubungan seksual secara aktif, dan cenderung tertarik dengan penyalahgunaan obat terlarang.
b.   Pola sikap orang tua terhadap anak
Terdapat beberapa pola sikap orang tua terhadap anak yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian anak. Pola sikap tersebut yaitu sikap overprotection( terlalu melindungi), permissiveness (pembolehan/pembebasan), rejection (penolakan), acceptance (penerimaan), domination (dominasi), submission (penyerahan) dan overdiscipline (terlalu disiplin).




Pola Sikap Orang tua
Perilaku Orang tua
Profil Tingkah Laku Anak
1.    Overprotection
( terlalu melindungi)
1.   Kontak berlebih dengan anak
2.   Pemberian bantuan pada anak yang terus-menerus
3.   Mengawasi kegiatan anak secara berlebih
4.   Memecahkan masalah anak
1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
3. Mudah merasa gugup
4. Melarikan diri dari kenyataan
5. Sangat tergantung
6. Bersikap mudah menyerah
7. Kurang percaya diri
8. Sulit dalam bergaul
2.    Permissiveness (pembolehan)
1.    Memberikan kebebasan untuk berfikir
2.    Menerima gagasan anak
3.    Membuat anak merasa diterima dan merasa kuat
4.    Toleran dan memahami kelemahan serta kemampuan anak
5.    Cenderung lebih suka member yang diminta anak daripada menerima
1. Pandai mencari jalan keluar
2. Dapat bekerjasama
3. Percaya diri
4. Penuntut dan tidak sabaran
3.    Rejection
(penolakan)
1.    Bersikap masa bodoh
2.    Bersikap kaku
3.    Kurang mempedulikan kesejahteraan anak
4.    Menampilkan sikap permusuhan terhadap anak
1. Agresif ( mudah marah, gelisah, keras kepala, suka bertengkar dan nakal)
2.  Kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5.  Sadis
4.  Acceptance
( penerimaan)
1.   Memberikan perhatian dan cinta kasih saying yang tulus kepada anak
2.   Menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah
3.   Mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak
4.   Bersikap respek terhadap anak
5.   Mendorong anak untuk menyatakan perasaan dan pendapatnya
6.   Berkomunikasi dengan anak secara terbuka

1.    Mau bekerja sama
2.    Bersahabat
3.    Loyal
4.    Emosinya stabil
5.    Ceria dan bersikap optimis
6.    Mau menerima tanggung jawab
7.    Jujur
8.    Dapat dipercaya
9.    Memiliki perencanaa yang jelas untuk mencapai masa depan
10. Bersikap realistic ( memahami kelemahan dan kekuatan dirinya secara objektif)
5.Domination
(dominasi)
Mendominasi anak
1.    Bersikap sopan dan berhati- hati
2.    Pemalu, penurut, dan mudah bingung
3.    Tidak dapat bekerjasama
6.  Submission
(penyerahan)
1.    Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak
2.   Membiarkan anak berperilaku semaunya
1.    Tidak patuh
2.    Tidak bertanggung jawa
3.    Agresif dan teledor
4.    Terlalu percaya diri
7. Overdiscipline
(terlalu disiplin)
1.   Mudah memberikan hukuman
2.   Menanamkan kedisiplinan secara keras
1.    Tidak dapat mengambil keputusan
2.    Nakal
3.    Sikap bermusuhan atau agresif
4.    Impulsive

c.Kelas Sosial dan Status Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga juga berperan dalam pengembangan pribadi anak.  Keluarga yang kelas sosial dan ekonominya rendah cenderung menghasilkan anak yang memiliki pribadi kurang percaya diri, merasa harga dirinya rendah, prestasi belajar rendah, kurang dapat bergaul dengan teman, bermasalah dalam beradaptasi. Hal ini dikarenakan oleh keadaan orang tua yang mengalami depresi karena merasa kurang mampu mengatasi masalah finansialnya yang kemudian dapat menyebabkan depresi pada anak.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral- spiritual, intelektual, emosional dan sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan pribadi anak, Hurlock ( 1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan pribadi anak baik dalam cara berfikir, bersikap maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru sebagai substitusi orang tua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan anak, yaitu (a) para siswa harus hadir di sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan “ konsep diri”-nya, (c) anak- anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di  luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan (e) sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.
3. Lingkungan Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya.
Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah:
a. Social Cognition: kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuannya memahami orang lain memungkinkan remaja untuk lebih mampu menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebayanya. Mereka telah mampu melihat bahwa orang itu sebagai individu yang unik dengan nilai- nilai, minat dan sifat- sifat kepribadian yang beragam. Kemampuannya ini berpengaruh kuat terhadap minatnya untuk bergaul membentuk persahabatan dengan teman sebayanya.
b. Konformitas: motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai- nilai, kebiasaan, kegemaran, atau budaya teman sebayanya. Karena adanya keinginan menjadi sama dan kondisi anak yang masih cenderung labil maka lingkungan teman sebaya dan pergaulannya membawa pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan pribadi anak. Anak yang tidak memiliki kepribadian yang kuat yang dibentuk oleh orang tuanya di rumah maka dalam menghadapi pergaulannya
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap perkembangan pribadi anak ternyata berkaitan dengan iklim keluarga anak itu sendiri. Anak yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya cenderung dapat menghindarkan diri dari pengaruh negative teman sebayanya dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik.


2.4      Pengaruh Pengembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian, tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku mantap, yaitu : mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila ia telah memasuki usia sekolah. Usia 4 sampai 6 tahun di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun di sekolah dasar. Usia 13 sampai 16 di sekolah menengah pertama dan usia 16 sampai 19 tahun di sekolah menengah atas. Jadi peserta didik adalah anak, individu yang tergolong dan tercatat sebagai siswa di dalam  satuan pendidikan.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Terdapat 3 aliran yang menjadi faktor berpengaruh terhadap perkembangan pribadi yaitu aliran nativisme, empirisme, dan konvergensi dimana faktor keluarga, sekolah, dan teman sebaya ikut berperan dalam aliran konvergensi.
Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang. Jika sejak awal perkembangan kehidupan pribadi terbentuk secara terpadu dan harmonis, maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejawantahan berbagai aspek pribadi itu akan baik

3.2  Saran
3.2.1.Untuk Mahasiswa
Sebagai calon pendidik harus memahami bagaimana karakteristik dan perkembangan dari karakteristik peserta didik.
3.2.2.         Untuk Masyarakat Umum
Dengan adanya makalah ini, diharapkan masyarakat umum sebagai wadah pendidikan non formal mampu mengawasi perkembangan karakteristik bagi remaja.







DAFTAR RUJUKAN

Fatimah, Enung, Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik, Bandung : CV Pustaka Setia, 2006.
Iskandar, Dr. MPd, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Bandung : Gaung Persada Press, 2013.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006.
http://id.wikipedia.org/wiki/Individu (akses tanggal: 30 Agustus 2016)

http://nurrafida.wordpress.com/2011/09/20/perbedaan-individual-peserta-didik/ (Akses tanggal: 30 Agustus 2016)





sitemap