Sunday, June 11, 2017

PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL DAN KRITERIA RPS YANG BAIK
 BAB I PENDAHULUAN


 1.1 Latar Belakang Tantangan besar yang dihadapi sekolah sebagai unit satuan pendidikan adalah meningkatkan kualitas hasil lulusan atau output, kualitas penampilan, dan kualitas pelayanan, sehingga kepala sekolah dalam memainkan fungsi dan perannya harus mampu membuat sekolah menjadi berhasil memenangkan persaingan kualitas hasil, penampilan dan pelayanannya. Salah satu cara untuk menjamin dalam memenangkan persaingan kualitas tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas dan produktivitas manajemen. Di era globalisasi ini, manajemen tradisional dalam pengelolaan sekolah tidak akan mampu bertahan terhadap dampak dari globalisasi itu sendiri, serta paradigma yang begitu cepat berubah dan berkembang. Perubahan memang merupakan suatu kunci untuk bertahan dalam suatu persaingan. Namun demikian, perubahan yang terjadi bukanlan sesuatu yang terjadi secara kebetulan saja, akan tetapi harus direncanakan, minimal dikonsultasikan atau dipikirkan, karena perubahan itu juga tidak bejalan begitu saja. Oleh karena itu, perubahan perlu dikelola dengan baik. Sekolah tidak dapat menghindari hambatan atau perlunya melakukan perubahan. Perubahan ini tidak sekedar menambah apa yang sudah ada, seperti misalnya menambah guru, gedung sekolah, dan lain sebagainya. Tetapi juga perlunya melakukan perubahan secara terencana, terprogram dengan lebih baik, antara lain dapat meningkatkan perubahan-perubahan misalnya: dapat menambah yang sudah ada dengan yang lebih baik atau melaksanakan yang sudah pernah dilakukan dengan cara yang lebih baik, menambah guru yang bergelar sarjana, membangun gedung sekolah yang dilengkapi dengan penyejuk udara, atau meningkatkan efisiensi dalam kegiatan penambahan., meningkatkan efektivitas sistem yang sudah ada dengan membenahi komponen-komponen tertentu, misalnya mengembangkan pendekatan baru dalam proses belajar mengajar, menyediakan berbagai macam media pembelajaran, atau meningkatkan efektivitas sistem dengan memperbaiki berbagai komponen dalam pendidikan (increasing the effectineness of the present by rearranginng its components). Atau dapat juga melakukan perubahan dengan cara merombak sistem untuk memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kondisi, situasi, dan kebutuhannya seperti misalnya memberikan kesempatan belajar dengan aneka sumber, melakukan penilaian hasil belajar dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, atau berarti mengembangkan hal-hal baru yang berbeda dengan sebelumnya (doing it differently). Dengan demikian, sekolah sangat perlu sekali melakukan perubahan terencana dengan baik atau dengan kata lain perlunnya membuat suatu rencana pengembangan sekolah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana langkah-langkah penyusunan rencana operasional ? 2. Bagaimana kriteria pengembangan sekolah yang baik ? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui langkah-langkah penyusunan rencana operasional. 2. Mengetahui kriteria pengembangan sekolah yang baik BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penyusunan Rencana Operasional Rencana operasional disusun berdasarkan rencana strategis dan tidak boleh menyimpang dari rencana strategis. Sehingga, antara rencana strategis (renstra) dan rencana operasional (renop) harus terkait dan ada benang merahnya. Renstra dan Renop inilah yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Adapun langkah-langkah penyusunan rencana operasional (renop) adalah sebagai berikut. 1. Analisis lingkungan operasional sekolah Langkah ini pada prinsipnya adalah sama dengan analisis lingkungan strategis di atas. Perbedaannya adalah untuk analisis ini lebih menitikberatkan kepada lingkungan sekolah saja yang cakupannya lebih sempit dan berpengaruh langsung kepada operasional sekolah. Yaitu menganalisis terhadap kebutuhan tnasyarakat/daerah setempat, potensi daerah, potensi sekolah, potensi masyarakat sekitar, potensi geografis sekitar sekolah, potensi ekonomi masyarakat sekitar sekolah, dan potensi lainnya. Termasuk di dalamnya juga tentang regulasi atau kebijakan daerah dan peta perpolitikan daerah setempat. Hasil kajian ini (baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas) dapat dipergunakan untuk membantu melakukan analisis pendidikan yang ada di sekolah saat sekarang ini. 2. Analisis pendidikan sekolah saat ini Analisis pendidikan adalah suatu analisis atau kajian yang dilakukan oleh sekolah untuk mengetahui semua unsur internal sekolah yang akan dan telah mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan dan hasil-hasilnya. Analisis ini lebih menitikberatkan kepada analisis situasi pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Aspek atau unsur-unsur sekolah yang secara internal dapat dikaji antara lain mengenai kondisi saat ini tentang: PBM, guru, kepala sekolah, tenaga TU, laboran, tenaga perpustakaan, fasilitas atau sarana prasarana, media pengajaran, buku, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, pembiayaan dan sumber dana sekolah, kelulusan, sistem penilaian/evaluasi, peran komite sekolah, dan sebaginya. Hasil kajian ini dapat dirumuskan dalam "school profile" sekolahnya yang dapat dipergunakan untuk menentukan status atau potret sekolah saat ini. Hasil ini selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi ideal yang diharapkan di masa satu tahun mendatang, sehingga dapat diketahui sejauh mana kesenjangan yang terjadi. 3. Analisis pendidikan sekolah satu tahun ke depan Pada dasarnya, analisis ini sama dengan yang dilakukan untuk analisis sebelumnya di rencana strategis, bedanya di sini untuk jangka waktu satu tahun. Sekolah melakukan suatu kajian atau penelaahan tentang cita-cita potret sekolah yang ideal di masa datang (khususnya dalam satu tahun mendatang). Dalam analisis ini melibatkan semua stakeholder sekolah, khususnya mereka yang memiliki cara pandang yang visioner, sehingga dapat menentukan kondisi sekolah yang benar-benar ideal tetapi terukur, feasible, dan rasional. Diharapkan apa yang menjadi idealisme dalam satu tahun mendatang merupakan school profile yang ideal, yaitu mampu mencapai SNP, yaitu tercapainya standar kurikulum sekolah, standar PBM, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar fasilitas, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Hasil analisis ini selanjutnya akan dipergunakan untuk membandingkan dengan kondisi sekolah saat ini. 4. Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang diharapkan satu tahun ke depan Dalam menentukan kesenjangan ini, pada dasarnya sama ketika menyusun rencana strategis. Berdasarkan pada hasil analisis sekolah saat ini dan analisis kondisi sekolah yang ideal satu tahun mendatang (langkah 2 dan 3), maka selanjutnya sekolah dapat menentukan kesenjangan yang terjadi antara keduanya. Kesenjangan itulah merupakan sasaran yang harus dicapai atau diatasi dalam waktu satu tahun, sehingga apa yang diharapkan sekolah secara ideal dapat dicapai. Dengan kata lain, kesenjangan tersebut merupakan selisih antara kondisi nyata sekarang dengan kondisi idealnya satu tahun ke depan. Khususnya kesenjangan tentang aspek-aspek dalam SNP, yaitu standar kurikulum sekolah, standar PBM, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar kelulusan, standar fasilitas, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. 5. Merumuskan tujuan sekolah selama satu tahun ke depan Sekolah menentukan atau merumuskan sasaran atau tujuan jangka pendek satu tahunan. Rumusan tujuan satu tahunan ini merupakan penjabaran lebih rinci, operasional, dan tahunan dalam rencana strategis. Oleh karena itu, berbeda atau menyimpang dari tujuan perumusannya harus mengandung aspek ABCD (audience, behaviour, condition, dan degree). Secara substansi tujuan tersebut lebih mentitikberakan kepada tujuan pencapaian SNP, yaitu pada pencapaian standar isi, proses, sarana, kelulusan atau prestasi sekolah (akadernik dan non akademik), pengelolaan, pembiayaan, pendidik, dan penilaian. Masing-masing aspek yang dikembangkan dalam tiap tujuan dirumuskan harus operasional. Tujuan satu tahun merupakan penjabaran dari tujuan sekolah yang telah dirumuskan berdasarkan pada kesenjangan yang terjadi antara kondisi sekolah saat ini dengan tujuan sekolah untuk satu tahun ke depan. Berdasarkan pada tantangan nyata tersebut, selanjutnya dirumuskan sasaran mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi keberhasilannya. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi, misi, dan tujuan sekolah. Untuk itu, setiap sekolah harus memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah sebelum merumuskan sasarannya. 6. Mengidentifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah untuk dikaji tingkat kesiapannya Setelah sasaran atau tujuan tahunan ditentukan, selanjutnya dilakukan identifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya untuk meningkatkan pencapaian ketuntasan kompetensi lulusan adalah fungsi proses belajar mengajar (PBM) dan pendukung PBM, seperti: ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, perencanaan instruksional, sarana dan prasarana, serta hubungan sekolah dan masyarakat. Selain itu, terdapat pula fungsi-fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar mengajar, diantaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik sekolah. Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi tidak sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan menyimpang dan tidak berguna untuk memecahkan persoalan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Agar lebih mudah, dalam identifikasi fungsi dibedakan fungsi-fungsi pokok yang berbentuk proses, misalnya KBM, latihan, pertandingan, dan sebagainya serta fungsi-fungsi yang berbentuk pendukung, yang berbentuk input misalnya ketenagaan, sarana prasarana, anggaran, dan sebagainya. Pada setiap fungsi ditentukan pula faktor- faktornya, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal agar setiap fungsi memiliki batasan yang jelas dan mernudahkan saat melakukan analisis. 7. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun eksternal. Dalam melakukan analisis terhadap fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya minimal memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor eksternal. Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan kecermatan, kehati-hatian, pengetehuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang tepat. 8. Merumuskan dan mengidentifikasi alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat diidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah siswa kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang pulang. Disamping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota. Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari alternatif alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan. Dengan kata lain, alternatif pemecahan rnasalah pada dasarnya merupakan cara mengatasi fungsi yang belum memenuhi kesiapan. 9. Menyusun rencana program Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa untuk memecahkan persoalan yang sama, masing-masing sekolah dapat menentukan alternatif pemecahan persoalan yang berbeda-beda sesuai potensi yang dimiliki sekolah dan memilih alternatif yang paling menguntungkan serta efisien bagi sekolah. Berdasarkan pada beberapa alternatif pemecahan persoalan yang dihasilkan dari analisis SWOT tersebut, sekolah selanjutnya menyusun program sesuai dengan kemampuan sekolah. Sekolah yang sukses adalah sekolah yang mampu melaksanakan alternatif pemecahan masalah dengan inovatif, maksimal, dan dengan biaya minimal. Dari alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, kepala sekolah bersama-sama dengan unsur komite sekolah menyusun dan merealisasikan rencana dan program-programnya untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun orangtua peserta didik, baik secara moral maupun finansial. 10. Menentukan tonggak-tonggak kunci keberhasilan Berdasarkan pada tujuan atau sasaran satu tahunan dan program di atas, maka selanjutnya dapat dirumuskan tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai dalam waktu satu tahun. Misalnya dari program pencapaian SNP tentang standar sarana dan prasarana pendidikan, bentuk hasil yang akan dicapai sarana pendidikan apa saja dalam jangka satu tahun bisa terwujud. Misalnya dalarn empat tahun akan mencapai standar sarana pendidikan 100%, maka pada tahun pertama ini akan dicapai 25%. Demikian pula untuk hasil-hasil yang akan dicapai dari program-program lainnya. 11. Menyusun rencana biaya Selanjutnya sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk kepentingan satu tahun. Dalam membuat rencana anggaran ini dari setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan asal semua sumber dana, misalnya dana dari daerah, pusat, komite sekolah, atau dari seumber dana lainnya. Untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan benar-benar keluar, maka setiap sekolah perlu memahami dan mengetahui tentang RPPK, RPPP, dan RPPN, sehingga perkiraan sumber dana dapat diprediksi dengan tepat. Penyusunan rencana anggaran ini dituangkan ke dalam Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS). Dalam penyusunannya harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dari masing-masing penyandang dana. Sangat dimungkinkan suatu program dibiayai dengan subsidi silang dari berbagai sumber dana. Program-program yang memerlukan bantuan dari pusat harus dialokasikan. Misalnya untuk pembangunan ruang kelas baru, laboratorium baru, gedung perpustakaan, dan sebagainya. Sedangkan yang berupa program rehab besar dana lebih diprioritaskan dari provinsi. Sedangkan untuk program yang lebih operasional bisa dari dana lainnya yang bersifat lebih luwes. Dalam penyusunan anggaran di RAPBS, maka setiap program atau kegiatan harus nampak jelas, terukur, dan rinci untuk memudahkan dalam menentukan besarnya dana yang diperlukan. 12. Menyusun rencana pelaksanaan program Perumusan atau penyusunan rencana pelaksanaan program ini lebih mengarah kepada kiat, cara, teknik, dan atau strategi yang jitu, efisien, efektif, dan feasibel untuk dilaksanakan. Cara di sini harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai pada program tersebut. Beberapa cara yang bisa ditempuh misalnya dengan pelatihan atau workshop, seminar, lokakarya, temu alumni, kunjungan, in house training, matrikulasi, remedial, pengayaan, pendampingan, bimbingan teknis rutin, dan sebagainya. Dalam perencanaan pelaksanaan harus mempertimbangkan alokasi waktu, ketersediaan dana, SDM, fasilitas, dan sebagainya. 13. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi Perumusan di sini pada dasarnya sama dan mengacu kepada rencana strategis khususnya tentang rencana supervisi klinis, monitoring, dan evaluasi di sekolah. Sekolah merumuskan tentang rencana supervisi, monitoring internal, dan evaluasi internal sekolahnya oleh kepala sekolah dan tim yang dibentuk sekolah. Harus dirumuskan rencana supervisi yang akan dilakukan sekolah ke semua unsur sekolah, dirumuskan monitoring tiap kegiatan sekolah oleh tim, dan harus dirumuskan evaluasi kinerja sekolah oleh tim. Oleh siapa dan kapan dilaksanakan harus dirumuskan secara jelas selama kurun waktu satu tahun. Dengan demikian, sekolah dapat memperbaiki kelemahan proses dan dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan tujuan dalam kurun waktu satu tahun tersebut. Pada akhirnya, sekolah akan mengetahui program apa yang dapat dicapai dan kapan suatu target SNP akan dicapai dengan pasti. Pemantauan pihak luar dilakukan kepada sekolah bukan ditentukan oleh sekolah. Yang paling utama justru sekolah juga harus melakukan pemantauan dan supervisi sendiri untuk mengetahui posisi sekolahnya. 14. Membuat jadwal pelaksanaan program Apabila program-program telah disusun dengan baik dan pasti, selanjutnya sekolah merencanakan alokasi waktu per mingguan atau bulanan atau triwulanan dan seterusnya sesuai dengan karakteristik program yang bersangkutan. Fungsi utama dengan adanya penjadwalan ini adalah untuk pegangan bagi para pelaksana program dan sekaligus mengontrol pelaksanaan tersebut. 15. Menentukan penanggungjawab program/kegiatan Sekolah harus menentukan siapa penanggung jawab suatu kegiatan/program, kelompok program dan atau keseluruhan program. Dengan SK kepala sekolah, maka bagi tiap orang atau kelompok orang dapat menjadi penanggung jawab atau anggota pelaksana program kegiatan. Pertimbangan utamanya adalah profesionalitas, kesesuaian, kewenangan, kemampuan, kesediaan, dan kesempatan yang ada.. Keterlibatan pihak luar, seperti komite sekolah, tokoh masyarakat, dan sebagainya dapat dilibatkan sesuai dengan kepentingannya. Pada prinsipnya renop ini harus diketahui, disetujui, dan disahkan oleh berbagai pihak terkait (Sekolah, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Daerah). 2.1 Kriteria Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang Baik Rencana pengembangan sekolah yang baik harus mengalami proses evaluasi terlebih dahulu. Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai masukan bagi pengambilan keputusan sekolah. Suatu perencanaan pengembangan dapat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. 1. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis lingkungan strategis sekolah. Lingkungan strategis sekolah yang meliputi faktor-faktor eksternal sekolah dapat mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan. Lingkungan strategis sekolah merupakan dasar dalam merumuskan rencana strategis sekolah sehingga pengawas /manager pendidikan bertanggung jawab dalam menganalisis lingkungan strategis sekolah tersebut secara luas dan tajam. Selanjutnya penyusunan rencana strategis disesuaikan dengan kondisi lingkungan strategis sekolah. 2. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah saat ini. Ketajaman dalam melihat kondisi sekolah membutuhkan keahlian pengawas dalam melakukan penggalian data-data pelaksanaan pendidikan di sekolah, secara utuh untuk 8 Standar Nasional Pendidikan. Biasa dilakukan oleh pengawas sekolah dengan berkeliling lingkungan sekolah bersama Kepala Sekolah, sesekali berdialog dengan siswa, atau dengan beberapa guru yang secara kebetulan dijumpai 3. Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan. Kualitas pendidikan akan mempengaruhi kuantitas pendidikan. Melalui kompetensi yang dimiliki guru maka kualitas pendidikan akan terlihat dari hasil prestasi peserta didik. Muncul suatu keyakinan yang optimis dengan kualitas pendidikan yang dikuasai oleh guru, maka adalah satu langkah ke depan dalam mencetak kualitas pendidikan peserta didik dengan kompetensi yang dikuasai guru yang merupakan pondasi untuk membuat peserta didik memiliki ilmu pengetahuan serta keterampilan yang siap dipasarkan serta mempunyai nilai jual. Jadi kompetensi adalah suatu hal yang mutlak yang harus guru miliki. 4. Analisis kesesuaian Pengawas melakukan analisis terhadap kesesuaian antara lingkungan sekolah dan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dengan situasi pendidikan yang diharapkan dan kesesuaiannya dengan rencana pengembangan sekolah yang dirumuskan. 5. Kelengkapan elemen Renstra Renstra memiliki elemen-elemen kunci yang mendasari pelaksanaan dari suatu pendidikan di suatu sekolah. Kelengkapan dari elemen-elemen renstra tersebut harus dipenuhi pengawas agar pelaksanaan pendidikan di sekolah mempunyai arah dan tujuan yang pasti. 6. Cakupan jenis perencanaan (pemerataan, kualitas, efisiensi, relevansi dan kapasitas) a. Pemerataan Kesempatan (Persamaan, akses, keadilan/kewajaran) Contoh: beasiswa untuk siswa miskin, pelatihan guru PLB (pendidikan luar biasa), pembenahan SMP Terbuka, peningkatan angka melanjutkan sekolah, pengurangan angka putus sekolah, dsb. b. Peningkatan Kualitas Kualitas pendidikan meliputi input, proses, dan output. Contohnya : Pengembangan tenaga pendidik (guru, kepala sekolah, konselor, dll) pengembangan bahan bahan ajar, peningkatan kualitas siswa. c. Peningkatan Efisiensi Efisiensi merujuk pada hasil yang maksimal dengan biaya yang wajar Contoh : peningkatan angka kelulusan, penurunan putus sekolah, peningkatan angka kehadiran, dll. d. Peningkatan Relevansi Relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan dengan kebutuhan (kebutuhan peserta didik) Contoh: program keterampilan,kewirausahaan bagi para siswa yang tidak melanjutkan sekolah. e. Peningkatan Kapasitas Upaya yang dilakukan secara sistematik untuk menyiapkan kapasitas sekolah agar sanggup menjalankan tugas dan fungsi dalam menghasilkan output yang baik. Contoh : pengembangan kapasitas SDM di sekolah, pengembangan organisasi 7. Kemanfaatan serta kesesuaian Renstra dan Renop dengan permasalahan pendidikan Manajemen Strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategi (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk Program – program kerja untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan 8. Kelayakan strategi implementasi Renstra dan Renop Implementasi merupakan perwujudan dari program-program yang telah ditetapkan dalam perumusan strategi. Menurut Hungerda Wheelen mengemukakan bahwa “Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembanagan program, anggaran, dan prosedur. 9. Kelayakan rencana monitoring dan evaluasi Kelayakan monitoring bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah potensial, apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak, sejauh mana kendala dan hambatan ditemui, dan bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program dalam sekolah potensial. Tujuan kelayakan evaluasi adalah mengetahui tingkat keterlaksanaannya program dan tingkat keberhasilannya 10. Kecukupan, kemutakhiran, dan kerelevansian data Dalam penyusunan rencana pengembangan sekolah, kecukupan dan kesesuaian data sangatlah penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembuatan renop. Dengan data yang memadai dan sesuai dengan fakta di lapangan maka rencana pengembangan sekolah yang dirancang akan dapat memaksimalkan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 11. Kelayakan anggaran antara rencana pendidikan, pendapatan, dan rencana pembelajaran. Rencana anggaran belanja sekolah merupakan pembukuan yang berisi perencanaan anggaran sirkulasi keuangan sekolah dalam satu tahun. Kelayakan besar kecilnya rencana anggaran biaya sekolah sangat ditentukan oleh besarnya pendapatan sekolah yang telah diusahakan oleh pihak pengelola sekolah.Maka dari itu pengelola harus kreatif dalam mencari sumber dana. 12. Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan Sustainabilitas SDM, EMIS, dana pendukung, dan sebagainya Secara garis besar perencanaan partisipatif mengandung makna adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan. Mulai dari melakukan analisis masalah mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mndapatkan rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin mereka atasi. 13. Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun RPS. Sistem Perencanaan Sekolah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan sekolah untuk menghasilkan rencana-rencana sekolah (RPS) dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara sekolah dan masyarakat (diwakili oleh komite sekolah). Dalam proses penyusunan RPS harus menerapkan prinsip-prinsip: memperbaiki prestasi belajar siswa, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/pengembangan), sistematis, terarah, terpadu (saling terkait dan sepadan), menyeluruh, tanggap terhadap perubahan, demand driven (berdasarkan kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, transparansi, data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis SWOT, dan mendasarkan pada hasil review dan evaluasi. 14. Kelengkapan elemen Renop. Kelengkapan Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan). Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan. Sedangkan rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Rencana operasional disusun berdasarkan rencana strategis yang selanjutnya akan dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi, pembinaan, dan pembimbingan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Adapun langkah-langkah penyusunan rencana operasional (renop) adalah sebagai berikut 1. Analisis lingkungan operasional sekolah 2. Analisis pendidikan sekolah saat ini 3. Analisis pendidikan sekolah satu tahun ke depan 4. Menentukan kesenjangan antara situasi sekolah saat ini dan yang diharapkan satu tahun ke depan 5. Merumuskan tujuan sekolah selama satu tahun ke depan 6. Mengidentifikasi fungsi-fungsi atau urusan-urusan sekolah untuk dikaji tingkat kesiapannya 7. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) 8. Merumuskan dan mengidentifikasi alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan 9. Menyusun rencana program 10. Menentukan tonggak-tonggak kunci keberhasilan 11. Menyusun rencana biaya 12. Menyusun rencana pelaksanaan program 13. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi 14. Membuat jadwal pelaksanaan program 15. Menentukan penanggungjawab program/kegiatan Dari langkah-langkah pembuatan RPS baik Restra maupun Renop adapun kriteria RPS yang baik yaitu: 1. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis lingkungan strategis sekolah. 2. Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis situasi pendidikan sekolah saat ini. 3. Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan. 4. Analisis kesesuaian 5. Kelengkapan elemen Renstra 6. Cakupan jenis perencanaan (pemerataan, kualitas, efisiensi, relevansi dan kapasitas) 7. Kemanfaatan serta kesesuaian Renstra dan Renop dengan permasalahan pendidikan 8. Kelayakan strategi implementasi Renstra dan Renop 9. Kelayakan rencana monitoring dan evaluasi 10. Kecukupan, kemutakhiran, dan kerelevansian data 11. Kelayakan anggaran antara rencana pendidikan, pendapatan, dan rencana pembelajaran 12. Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan Sustainabilitas SDM, EMIS, dana pendukung, dan sebagainya 13. Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun RPS 14. Kelengkapan elemen Renop 3.2 Saran Dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan Rencana Operasional (Renop) sekolah serta bagaimana kriteria RPS yang baik. Kami menyadari bahwasanya dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun terima dalam upaya evaluasi diri. DAFTAR PUSTAKA Fatah, N. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung : Pustaka Bani Quraisy. Muhaimin. 2009. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Ke

No comments:

Post a Comment

sitemap